JAKARTA, KOMPAS.com – Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Khoirunnisa Nur Agustyati menilai anak muda sulit berpartisipasi dalam politik praktis.
Menurutnya, ada beberapa faktor yang menyebabkannya. Salah satunya ditutupnya jalan untuk terlibat politik praktis itu oleh partai politik.
“Aksesnya tidak diberikan karena anggapan anak muda tidak berpengalaman. Kalau ditanya pengalaman ya mereka engga punya. Justru pengalaman itu yang mesti dibuka, diberikan,” ungkap Khoirunnisa dalam tayangan YouTube Gaspol Kompas.com, Selasa (21/6/2022).
Faktor kedua yaitu mahalnya syarat yang diberikan parpol untuk bisa turut serta dalam pemilu.
Aturan itu tertera dalam Undang-Undang (UU) Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu seperti memiliki kepengurusan di seluruh provinsi, punya kepengurusan di 75 persen jumlah kabupaten atau kota di provinsi tersebut.
Lalu mempunyai kepengurusan di 50 persen jumlah kecamatan di kabupaten atau kota itu.
“Syarat itu sulit, misalnya mahasiswa mau bikin parpol baru, dia harus punya dukungan se-Indonesia. Tidak bisa dari grass roots,” jelas dia.
“Jadi (situasi) ini terkadang yang jadi hambatan, (membuat) anak mudanya mundur duluan,” katanya. Ketiga, faktor latar belakang. Anak muda yang tidak berasal dari keluarga pejabat publik, tokoh politik dan ekonomi menengah ke atas harus berjuang lama di parpol sebelum maju dalam pemilihan umum (pemilu).
“Kalau mereka yang dekat dengan kekuasaan, memegang financial besar ada fast tracknya. Tapi yang enggak punya privilege itu harus mulai (kaderisasi di parpol) dari bawah,” imbuhnya.
Adapun berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020, jumlah penduduk Indonesia didominasi oleh generasi milenial (lahir tahun 1981-1996) dan generasi Z (lahir tahun 1997-2012).
Data sensus itu mengungkapkan jumlah generasi milenial mencapai 69,38 juta jiwa atau 25,87 persen dari total penduduk.
Sedangkan generasi Z mencapai 74,93 juta jiwa atau 27,94 persen dari populasi masyarakat.
Survei Litbang Kompas Oktober 2021 menunjukan sebanyak 48,1 persen responden generasi Z belum menentukan pilihan parpolnya.
Sementara itu ada 39,3 persen responden generasi milenial yang belum memilih parpol yang disukainya.
Survei dengan metode tatap muka terhadap 1.200 responden itu menunjukan bahwa parpol harus bekerja keras untuk merebut suara dua kelompok pemilih muda tersebut.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Perludem Nilai Anak Muda Sulit Berpartisipasi dalam Politik Praktis”, https://nasional.kompas.com/read/2022/06/21/22253521/perludem-nilai-anak-muda-sulit-berpartisipasi-dalam-politik-praktis?page=all#page3