• Post author:
  • Post category:Berita
  • Reading time:3 mins read

Jakarta, NU Online Direktur Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Titi Anggraeni mengaku bangga terhadap bangsa Indonesia, sebab masyarakat Indonesia mampu memposisikan Islam dan demokrasi secara seimbang.

Menurutnya, Indonesia yang memiliki penduduk muslim terbesar dunia atau suara mayoritas di Pemilu mampu mengharmoniskan demokrasi dan Islam. Itu dibuktikan bangsa Indonesia dengan sikap dan kemauan masyarakat dalam memilih peserta Pemilu.

Ia menuturkan, meski diisukan akan terjadi peristiwa yang dahsat saat dan pascapemilu, seperti kabar golput besar besaran dan terjadi kerusuhan. Nyatanya masyarakat masih tulus menentukan pilihannya di Pemilu serentak 2019.

“Pemilu serentak sesuatu yang tidak mudah, tetapi catatan penting, meski pemilih Indonesia mayoritas muslim. Kita mampu mengharmonisasi  Islam dan demokrasi,” katanya saat menjadi pembicara di Salah satu Cafe di Cikini Jakarta Pusat, Selasa (29/4).

Ia mengungkapkan, fenomena tersebut menunjukan bahwa Islam dan Demokrasi di Indonesia mampu seiringan, sejalan dan bisa berdampingan. Dan itu harus diapresiasi sebab sepanjang perjalanan demokrasi Indonesia Pemilu serentak 17 April lah yang menunjukan ketulusan masyarakat dalam berbangsa dan bernegara.

“Di tengah negara negara Timur Tengah yang punya berbagai problem. Demokrasi prosedural saja mereka punya masalah sedangkan kita mampu menjadi negeri muslim paling demokratis di Dunia,” tuturnya.

Kendati demikian, ia menyarankan agar Pemilu serentak 2019 tetap menjadi refleksi bagi semua elemen. Jangan sampai menjadi bahan kemunduran berdemokrasi dengan berbagai opini negatif yang dimunculkan.

“Demokrasi di Indonesia ada dua jenis pertama adalah demokrasi konstitusional, kedua demokrasi supremasi hukum. Di Indonesia bukan demokrasi dengan prasarat tetapi dibangun sebuah proses sambil berjalan, tentu demokrasi yang ingin kita dorong konstitusinal dan supremasi hukum tadi,” ungkapnya di hadapan ratusan peserta diskusi bertajuk Menakar Kedewasaan Demokrasi di Indonesia’ tersebut.

Masyarakat, kata dia telah menunjukan sikap terbaik. Jangan sampai elit politik tidak mengapresiasi dengan menggiring opini yang mengarah pada perpecahan seperti membangun opini tidak percaya terhadap penyelenggara Pemilu.

“Kita tinggal lakukan pengawalan dan pengawasan prosesnya karena masyarakat telah menunjukan komitmennya dalam berdemokrasi. Elit harus komitmen yang sama,” katanya.

Sementara itu, Bendahara Umum Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Twedy Ginting, mengatakan kegiatan diskusi sengaja digelar agar dapat memberikan pencerahan dan pendidikan di masyarakat. Menurutnya,  pascapemilu banyak masyarakat yang bertanya tanya apa sistem yang bakal dianut bangsa Indonesia karena banyak sekali dinamika yang pro kontra di masyarakat.

“Diskusi ini kami mengharapkan eksporasi pencerahan dan pendidikan bagi semua,” ujarnya.

Sumber: http://www.laduni.id/rssaswaja/read/40006/perludem-pemilu-serentak-2019-harmoniskan-islam-dan-demokrasi.html