Jakarta, Beritasatu.com – Direktur Eksekutif Perludem Titi Anggrani mengaku sepakat dilakukannya debat antara partai politik yang dilakukan secara terlembaga dan terorganisir seperti yang debat Pilpres. Debat ini merupakan salah satu bentuk kampanye agar masyarakat mengetahui visi, misi dan program partai.
“Saya sepakat dengan usulan Ketum PSI Grace agar dilakukannya debat antara parpol sebagai salah satu bentuk kampanye. Karena peserta pemilu ini kan bukan hanya paslon pilpres, tetapi parpol juga,” ujar Titi di Kantor Bawaslu, Jalan MH Thamrin Nomor 14, Sarinah, Jakarta, Rabu (13/3/2019).
Titi mengakui bahwa selama ini memang sejumlah elite politik sering tampil di acara diskusi dan debat yang diselenggarakan oleh televisi dan organisasi tertentu. Namun, kata dia, kehadiran mereka hanya membahas isu-isu secara sporadis dan teraktual.
“Nah, debat antara parpol ini nanti didesain seperti debat Pilpres di mana diatur waktunya dan tema-tema debatnya sehingga publik benar-benar tahu apa visi-misi dan program-program terkait tema-tema debat,” jelas dia.
Menurut Titi, debat antara parpol sebaiknya diselenggarakan oleh KPU dengan menghadirkan para ketum partai atau fungsionaris partai untuk berdebatnya. Idealnya, debat antara parpol ini sudah diatur sejak awal dan diatur dalam Peraturan KPU.
“Namun, dengan waktu tersisa masa kampanye, sebenarnya masih bisa dilakukan tergantung komitmen KPU dan peserta pemilu untuk melakukan debat antar parpol sehingga publik bisa tahu dengan jelas visi-misi dan program suatu parpol dan perbedaannya dengan parpol lainnya,” ungkap Titi.
Sebelumnya, Ketua Umum PSI Grace Natalie berharap, Komisi Pemilihan Umum (KPU),civil society atau media massa memfasilitasi debat antar-partai politik (parpol). Menurut Grace, debat antar-parpol penting untuk mengetahui kualitas masing-masing parpol termasuk visi, misi, dan programnya.
“Tujuan agar publik bisa menilai kualitas dari partai yang akan mereka dukung. Bagi kami debat ini penting untuk memastikan kualitas DPR mendatang tidak lebih buruk,” Grace dalam pidato politik berjudul “Beda Kami, PSI dengan Partai Lain” di Festival 11 di Medan International Convention Center (MICC), Medan, Sumatera Utara, Senin (11/3/2019).
Grace menyayangkan proses penyelenggaraan Pemilu 2019 yang masih kurang memberikan ruang eksplorasi bagi publik. Padahal pemilu merupakan ajang kompetisi politik. Sudah seharusnya, publik mendapatkan kesempatan untuk melihat kontestasi antara partai-partai politik peserta pemilu.
“Ada satu hal yang masih kurang dari proses Pemilu kali ini. Publik kehilangan kesempatan untuk melihat kontestasi ide di antara 16 partai politik,” tegas Grace.
Menurut Lingkaran Survei Indonesia (LSI), pamor partai politik dan caleg memang kurang di ajang pemilu serentak ini karena publik berfokus kepada Pemilihan Capres-Cawapres. KPU sendiri memfasilitasi debat antara calon presiden agar publik dapat menilai masing-masing kandidat. Namun, lain halnya dengan partai politik.
Menurut Grace, publik berhak mengetahui perbedaan visi dan misi partai-partai terkait berbagai isu, seperti pemberantasan korupsi, poligami, dan intoleransi.
“Kita tidak tahu, apa beda visi dan misi partai-partai nasionalis dalam pemberantasan korupsi? Apa posisi mereka dalam isu poligami? Apa yang akan mereka lakukan bila ada penutupan gereja? Apa tindakan mereka menghadapi persekusi terhadap Ahmadiyah, Syiah, serta kelompok-kelompok adat dan penghayat? Rakyat berhak mendengar!,” kata Grace.
Sumber: https://www.beritasatu.com/politik/542764/perludem-sepakat-debat-antar-parpol-digelar