• Post author:
  • Post category:Berita
  • Reading time:2 mins read

Jakarta: Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini menilai pola kampanye Pemilihan Presiden 2019 bergeser. Titi menilai pola kampanye program bergeser menjadi dinamika mencari kesalahan.

“Ini menjadi tidak sehat karena pendekatannya adalah yang penting cari kesalahan dulu,” kata Titi di Kemendagri, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta, Rabu, 21 November 2018.

Titi mengakui persaingan antara pasangan capres-cawapres serta partai politik sangat sengit di Pemilu Serentak 2019. Hal ini terbukti dengan aksi saling lapor yang dilakukan dua kubu.

Dia menyebut selain dua paslon capres dan cawapres, ada 16 partai politik yang bersaing memperebutkan kursi di DPR. Apalagi, ambang batas parlemen meningkat menjadi empat persen.

“Setiap suara itu berharga, setiap upaya meyakinkan pemilih menjadi penting. Sayangnya dinamika kompetisi sekarang saling mengintai dan mencari potensi kesalahan lawan,” kata dia.

Setiap peserta pemilu berusaha meyakinkan pemilih bahwa mereka merupakan pihak yang paling prorakyat. Hal ini membuat isu seperti alat peraga kampanye yang menggambarkan capres nomor urut 01 Joko Widodo sebagai seorang raja muncul ke permukaan.

“Itu kan jadi isu yang luar biasa,” kata Titi.

Titi menyayangkan pola kampanye di Pilpres 2019 ini. Titi menilai politik stigma yang dikedepankan masing-masing kubu justru menghilangkan kampanye program dua paslon yang bertarung.

“Bagaimana melekatkan stigma dulu, makanya serba cepat tuh, misal soal poster, melangkahi makam dan banyak sekali,” pungkas Titi.

Sumber: https://www.medcom.id/pemilu/news-pemilu/GbmLJyxN-perludem-pola-kampanye-pilpres-2019-bergeser