JAKARTA, KOMPAS.com – Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi ( Perludem) Titi Anggraini menyatakan, berita bohong atau hoaks sangat berbahaya bagi kehidupan demokrasi. Pasalnya, hoaks telah memanipulasi pemilih membuat keputusan terlebih saat kontestasi Pemilu 2019.
Hal itu dikatakan Titi menanggapi kasus berita bohong penganiayaan Ratna Sarumpaet.
“ Hoaks memanipulasi dan menyebarkan kebohongan, sehingga ketika pemilih terpapar hoaks maka pemilih gagal membuat keputusan secara bebas berdasarkan prinsip kejujuran dan keadilan. Di sinilah demokrasi termanipulasi dan dirusak kredibilitasnya,” ujar Titi saat dihubungi Kompas.com, Jumat (5/10/2018).
“Hoaks memanipulasi kualitas demokrasi dan membuat martabat demokrasi terciderai. Pemilih jadi kehilangan makna untuk berdaulat dalam membuat pilihannya,” tutur Titi.
Titi menuturkan, dalam memilih di Pemilu mendatang, mestinya pemilih memilih dengan bebas tanpa tekanan dan intimidasi.
Keputusan pemilih untuk memilih itu dibuat berdasarkan informasi yang jujur dan adil, fakta dan data yang menggambarkan kebenaran yang sesungguhnya.
Titi mengatakan kedaulatan rakyat dalam memilih di pemilu hanya bisa terwujud bila pilihan itu benar-benar dibuat atas kehendak bebas dari pemilih berdasarkan pendidikan politik yang benar dan jujur.
Menurut Titi, hoaks telah manipulasi informasi yang disebarkan secara sengaja untuk membuat pemilih membuat keputusan tidak berdasarkan prinsip kejujuran.
“Jadi hoaks membuat kedaulatan rakyat menjadi tidak lagi murni, hoaks menjauhkan daulat rakyat dalam pemilu akibat manipulasi dan kebohongan yang disebarkan secara sengaja untuk membuat pemilih membuat keputusan tidak berdasarkan prinsip kejujuran dan keadilan,”ujar Titi.
“Hoaks itu adalah racun yang bisa mematikan demokrasi jika kita terus biarkan hidup dalam demokrasi kita,” sambung Titi.
Diberitakan sebelumnya, aktivis Ratna Sarumpaet mengakui berbohong soal penganiayaan yang disebut terjadi padanya. Faktanya, tidak pernah ada penganiayaan seperti kabar yang beredar.
“Jadi tidak ada penganiayaan. Itu hanya khayalan entah diberikan setan-setan mana dan berkembang seperti itu,” ujar Ratna di rumahnya di kawasan Kampung Melayu Kecil V, Jakarta Selatan, Rabu (3/9/2018).
Setelah pengakuan Ratna tersebut, calon presiden Prabowo Subianto dan para politisi lainnya kemudian meminta maaf telah menyebarkan kebohongan. Ratna juga diberhentikan dari tim pemenangan Prabowo-Sandiaga.